Kamis, 29 Desember 2011


Transfer keluarga ke Bawomataloewo lokal, Nias Selatan
sumber: http://collectie.tropenmuseum.nl/

Secara umum masyarakat Nias dianggap berasal dari sekelompok keturunan suku birma dan assam, tapi berbeda dengan asal usul orang batak. Ada banyak teori tentang asal usul suku nias dan belum ada yang dapat memastikan karna mereka aslinya berasal dari lebih dari satu grup etnik.
Perpaduan itu akan menjadi sangat bagus karena gabungan dari beberapa grup etnik. Ferrad (keturunan perancis) melaporkan bahwa seorang pelancong dari Arab yang bernama sulaiman menyebutkan banyak perbedaan suku-suku di tahun 851 SM.

Penggalian di gua Togi Ndrawa (menurut penelitian yang baru dilakukan di Heilberg, Jerman), atau gua Pelita menunjukkan bahwa masyarakat sudah tinggal disana sejak 7000 tahun yang lalu. Banyak tulisan yang juga mendukung teori tersebut. Contohnya : banyak masyarakat tinggal di pohon-pohon yang dipanggil Bela dan masyarakat tinggal ditebing yang dipanggil Nadaoya, menurut kepercayaan masyarakat Nias 2 suku diatas tersebut adalah sejenis roh-roh, roh terakhir yang jahat.

Di daerah Hinako dan dipulau-pulau Wesi selatan telah ada selama 17-18 generasi yang lalu. Mereka disebut suku Maru yaitu suku asli orang bugis di nias. Para missionaris menyatakan bahwa bahasa mereka telah hilang kira-kira 100 tahun yang lalu. Orang aceh datang ke nias kira-kira 13-14 generasi yang lalu.

Mereka selalu berhubungan satu sama lain sebagai polem di nias. Ketika orang aceh pertama kali masuk ke desa Foa dengan menyebrangi sungai, masyarakat nias memotong pohon besar dan menutup jalan keluar. Salah satu tujuan masyarakat nias adalah untuk mempelajari tenaga-tenaga gaib dan cara berperang dari orang aceh. Orang aceh menguasai daerah itu. Ada 3 bentuk cara berperang di nias, yaitu : simataha dari aceh, starla dari sumbar, dan trapedo yang merupakan gabungan dari keduanya.

Bangsa Belanda melakukan ekspedisi pertama kalinya di nias tahun 1855, kemudian pada tahun 1863. nias telah dikuasai Belanda tahun 1914.


Pulau paling terkenal rentang sebelah barat Sumatera mungkin Nias. Itu setidaknya yang terbesar dan paling padat penduduknya. Pada masa VOC, pulau ini dikenal sebagai pengekspor budak ke Aceh, Padang dan Benkoelen. Dengan cara ini bangsawan dari Nias hierarkis meraih emas dibutuhkan untuk mahar dan pesta-pesta ritual. Nias adalah masyarakat pejuang yang tidak hanya diperbudak orang, mereka juga pergi berburu kepala, misalnya untuk upacara pemakaman seorang bangsawan. Pemerintah kolonial berusaha untuk mengakhiri ini (P. Boomgaard, 2001). Sekelompok pemburu kepala tenang, Nias "kelompok pemburu datang untuk menyerahkan diri mereka sendiri" Nias, Sumatera Utara, 1920
sumber: http://collectie.tropenmuseum.nl/

Perdagangan Budak

Nias menjadi sumber penjualan budak-budak, sehingga masyarakat Nias disebut “Laku Niha” yang artinya manusia yang diminta. Banyak para pedagang ke Gunungsitoli yang terdiri dari 3 suku asli yang berasal dari masyarakat menengah.

Orang Aceh, Sumbar, China dan Eropa membawa budak-budak dari Nias. Didaerah lain banyak budak-budak yang diambil dari suatu daerah, khususnya dibagian utara. Desa-desa di selatan lebih melindungi masyarakatnya dan lebih susah untuk dijangkau. Pemerintah kolonial Belanda mendukung perdagangan budak itu.

Pemerintah Belanda menuliskan disebuah buku bahwa penduduk Nias utara telah menjadi sedikit akibat dari perdagangan budak. Budak-budak dari Nias dikirim ke banyak tempat, contohnya mereka dijual ke padang (sumbar) karena untuk melunasi hutang-hutang. Mereka harus bekerja keras untuk beberapa tahun, yang biasanya sebagai pelayan sekarang, ada dibeberapa desa yang masyarakatnya berasal dari Nias di Sumbar. Budak-budak Nias juga dikirim ke Penang, Malaysia. Para Missionaris Khatolik yang tiba di Nias melaporkan bahwa orang-orang China membawa budak-budak Nias dengan kapal pada tahun 1820. budak-budak ini menjadi kristen karena diberi kebebasan di Penang. Lyman, seorang missionaris dari Amerika menyatakan bahwa sebuah kapal Perancis membawa sebanyak 500 orang budak-budak di tahun 1832.

sumber: http://www.lpamnias.org/sejarah.php


Suku Nias


1954

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.

Kasta

Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

Asal Usul

Mitologi

Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.

Penelitian Arkeologi

Penelitian Arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif, Sabtu 25 November 2006 dan di Kompas, Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik Humaniora menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.

Marga Nias

Daftar marga Nias

Amazihönö

Baeha, Baene, Bate'e, Bawamenewi, Bawaniwao, Bawo, Bali, Bohalima, Bu'ulölö, Buaya, Bunawolo, Bulu'aro, Bago

Dachi, Dachi Halawa, Daeli, Dawolo, Dohare, Dohona, Duha

Fau, Farasi,

Gaho, Garamba, Gea, Giawa, Gowasa, Gulö, Ganumba, Gaurifa, Gohae

Halawa, Harefa, Haria, Harita, Hia, Hondro, Hulu, Humendru, Hura

Lafau, Lahagu, Lahomi, La'ia, Laoli, Laowö, Larosa, Lase, Lawolo, Lo'i, Lombu

Maduwu, Manao, Mandrehe, Maruao, Maruhawa, Marulafau, Marundruri, Mendröfa, Mangaraja,Maruabaya

Nazara, Ndraha, Ndruru, Nehe, Nakhe

Saoiago, Sarumaha, Sihura,

Tafonao, Telaumbanua, Talunohi

Wau, Wakho, Waoma, Waruwu,wehalo,warasi

Zagoto, Zai, Zalukhu, Zamasi, Zamili, Zendroto, Zebua, Zega, Zendratö, Ziliwu, Zoromi

Suku Nias menerapkan sistem marga mengikuti garis ayah (patrilineal). Marga-marga umumnya berasal dari kampung-kampung pemukiman yang ada.

Khas Nias

Makanan

Gowi Nihandro/Gowi Nitutu (Ubi tumbuk)
Harinake
Godo-godo
köfö-köfö(daging ikan yang dihancurkan, dibentuk bulat dan dijemur/dikeringkan/diasap)
Niowuru

Minuman

Tuo Nifarö
badu-badu

Budaya Nias

Lompat Batu
Tari Perang
Maena
Tari Moyo
Tari Mogaele
Sapaan Yaahowu

Dalam budaya Ono Niha terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup bersama yang termakna dalam salam “Ya’ahowu” (dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia “semoga diberkati”). Dari arti Ya’ahowu tersebut terkandung makna: memperhatikan kebahagiaan orang lain dan diharapkan diberkati oleh Yang Lebih Kuasa. Dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan sikap-sikap: perhatian, tanggungjawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Jika seseorang bersikap demikian, berarti orang tersebut memperhatikan perkembangan dan kebahagiaan orang lain : tidak hanya menonton, tanggap, dan bertanggungjawab akan kebutuhan orang lain (yang diucapkan : Selamat – Ya’ahowu), termasuk yang tidak terungkap, serta menghormatinya sebagai sesama manusia sebagaimana adanya. Jadi makna yang terkandung dalam “Ya’ahowu” tidak lain adalah persaudaraan (dalam damai) yang sungguh dibutuhkan sebagai wahana kebersamaan dalam pembangunan untuk pengembangan hidup bersama.

sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias


Jalan sepanjang pantai, Nias, 1930
sumber: http://collectie.tropenmuseum.nl

Alat Musik Tradisional Ntt

 SASANDO ROTE

Indonesia begitu kaya dengan berbagai kesenian daerah yang mengagumkan, termasuk di dalamnya adalah berbagai alat musik tradisional dengan kekhasan  bunyiannya. Salah satu alat musik yang harus sungguh-sungguh diperhatikan untuk tetap dipelihara adalah sebuah alat instrumen petik asal pulau Rote, Nusa Tenggara Timur yang bernama  Sasando, suatu puncak pencapaian seni musik yang ditemukan sejak abad 15.
Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi. Tetapi keunikannya adalah bahwa bagian utama sasando berbentuk tabung panjang seperti Harpa yang biasanya  terbuat dari bambu. Sasando mempunyai media pemantul suara yang  terbuat dari daun Pohon Gebang (sejenis Pohon Lontar yang banyak tumbuh di Pulau Timor dan Pulau Rote) yang dilekuk menjadi setengah melingkar. Tempat senar-senar diikat terbuat dari bambu yang keras, penahan senar yang sekaligus sebagai pengatur nada senar juga terbuat dari bambu. Batang bambu itu lalu diikat menyatu dengan daun Gebang yang dibuat melingkar tadi. Tabung sasando ini terletak dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini adalah tempat resonansi sasando.
Bunyi sasando sangat unik, karena dibanding gitar biasa sasando lebih bervariasi. Jangan heran, hal ini karena sasando memiliki 28 senar. Itulah sebabnya memainkan Sasando tidaklah mudah  karena seorang pemain Sasando harus  mampu membuat ritme dan feeling bunyi nada yang tepat dari seluruh senar yang ada. Sasando dengan 28 senar ini dinamakan  Sasando engkel, sedangkan jenis Sasando dobel memiliki 56 senar, bahkan ada yang 84 senar.
Cara memainkan Sasando adalah dengan dipetik seperti memainkan gitar. Tetapi Sasando tidak memiliki chord (kunci) dan senarnya harus dipetik dengan dua tangan, sehingga lebih mirip Harpa. Sampai sekarang hampir semua bahan yang dipakai untuk membuat Sasando adalah bahan asli, kecuali senar Sasando. Saat ini Sasando sudah mulai di modifikasi. Pemantul bunyi dari daun gebang sudah diganti dengan spul gitar listrik yang ditempelkan pada batang bambu ditengah Sasando. Tentu Sasando model ini hanya bisa mengeluarkan bunyi keras dengan bantuan sound system.

Luar biasanya hampir semua jenis musik bisa dimainkan dengan Sasando: musik tradisional, pop, slow rock bahkan dangdut.
Pada kenyataannya, tidak banyak lagi orang yang mampu memainkan alat musik ini. Orang-orang tua yang selalu bangga memainkan Sasando bagi anak-anak mereka atau dalam upacara-upacara adat, lengkap dengan topi TiiLangga, pakaian dan tarian adat, sudah banyak yang meninggal. Sementara itu generasi muda tak banyak yang tertarik untuk sekedar mengenal apalagi belajar memainkan.

Legenda Sasando
Sasando sunggguh telah menjadi identitas Rote. Sasando memiliki kisah hikayat yang patut kita simak. Sasando berasal dari kata sari (petik) dan sando (bergetar) yang diyakini diciptakan Sanggu Ana pada abad ke-15 di pulau kecil dekat Pulau Rote, yaitu Pulau Dana, yang waktu itu dikuasai Raja Taka La’a. Sanggu adalah warga Nusa Ti’i di Pulau Rote Barat Daya. Dia ditahan Raja Dana saat terdampar di pulau itu ketika mencari ikan bersama kawannya, Mankoa. Selain seorang nelayan, Sanggu juga seorang seniman.
Saat itu Raja Dana memiliki putri. Putri jatuh cinta kepada Sanggu. Kepada Sanggu, putri menyampaikan permintaannya untuk memiliki alat musik baru yang diciptakan Sanggu dan bisa menghibur rakyat. Putri memang suka membuat hiburan rakyat saat purnama tiba.
Sanggu kemudian menciptakan sari sando yang artinya bergetar saat dipetik. Saat itu dengan tujuh tali yang terbuat dari serat kulit kayu atau akar-akaran. Hubungan putri dengan Sanggu itu ketahuan Raja Dana. Sang Raja Taka La’a marah besar dan menghukum mati Sanggu.
Kawan Sanggu yang sempat melarikan diri, Mankoa, melaporkan kejadian itu ke Nusa Ti’i. Anak Sanggu di Ti’i, Nale Sanggu, marah mendengar ayahnya tewas. Nale balas dendam bersama 25 kesatria Ti’i. Seisi Pulau Dana dimusnahkan, hanya anak-anak dan alat musik sasando warisan ayahnya yang diselamatkan ke Ti’i.
Di Ti’i sasando dimodifikasi, talinya menjadi sembilan. ”Musiknya sudah bisa lima not terdiri dari mi, sol, la, do, re. Si dan fa tidak ada,” jelas Nggebu.
Pada zaman Belanda, abad ke-18, jumlah tali ditambah menjadi 10 tali. Sesudah merdeka kembali mengalami perubahan dengan menambahkan tali menjadi 11 tali. Pada abad ke-19, sasando sasando haik itu dimodifikasi menjadi sasando biola oleh putra Ti’i bernama Kornelis Frans. Disebut sasando biola karena saat membuat nadanya disesuaikan nada biola.
Jumlah tali menjadi 39 buah dan nada pokok menjadi tujuh not. Kepada Tim Lintas Timur-Barat, Nggebu menunjukkan sasando biola miliknya yang sudah dimodifikasi. Ruang resonansinya tak lagi menggunakan haik, namun diganti kotak kayu dan dihubungkan amplifier agar suaranya nyaring.
Sasando  akan membawa Anda mengunjungi dan menikmati pulau Rote yang indah.

Foto: Vibizlife/Thomas Tonny
 

Kamis, 15 Desember 2011

no 5


5. buka dasbor lalu tambah gadget tingkalkan halaman ini sebentar lalu buka google lalu masukan widgeo.net trus pilih flash message tulis teks yang ingin di jadikan teks berjalan lalu klik get widget copy pastekan kode script nya ke html tadi selesai...

no 4


4.Masuk blogger > rancangan > edit html > centang expand template widget
Kemudian cari kode <data:commentPostedByMsg/> , kemudian copy dan pastekan kode dibawah ini tepat diatas kode dibawah ini, tepat diatas kode <data:commentPostedByMsg/> :
<b:if cond='data:blog.pageType != &quot;static_page&quot;'> <a expr:href='&quot;https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1585432713698910361&amp;postID=&quot; + data:post.id + &quot;&amp;isPopup=true&amp;postBody=%40%3C%61%20%68%72%65%66%3D%22%23&quot; + data:comment.anchorName + &quot;%22%3E&quot; + data:comment.author + &quot;%3C%2F%61%3E%3A%20#form&quot;' onClick='javascript:window.open (this.href,&quot;bloggerPopup&quot;,&quot;toolbar=0,location=0,statusbar=1,menubar=0,scrollbars=yes,width=450,height=450,&quot;);return false;' style='padding:0px 5px; border:1px solid #ddd;'>Reply Comment</a>
</b:if>

Ganti Tulisan angka pada blogID=1585432713698910361 dengan menggunakan blogID sobat sendiri, setelah selesai silahkan simpan/save.
..

no 3


3. trik-trik seo  :
  1. Basic format
    Langsung saja, format dasar seo sebenarnya terletak di: Title/Judul halaman, Meta, yang dibagi menjadi dua yakni meta keyword dan meta description. Sedangkan di Body yang perlu diperhatikan adalah penulisah heading (<H1>, <H2>, <H3>) dan seterusnya, karena penulisan heading sangat berpengaruh dalam proses seo. Sebaiknya gunakan heading dengan ‘bijak’, yakni <H1> sebaiknya untuk judul utama, <H2> untuk sub menu dan seterusnya. Pengaruhnya lumayan dasyat dan hasilnya pun optimal. Hanya dengan menerapkan basic format ini, saya kira semua syarat dari search engine sudah terpenuhi. Memang sih akan ada banyak lagi yang harus dikerjakan, tapi yang penting kan basicnya harus benar dulu.
  2. Pemilihan Keyword
    Tahap ini sebenarnya tahap yang paling sulit, karena ditahap ini anda akan mendapatkan tantangan besar untuk menentukan keyword apa yang cocok untuk web anda. Tapi gak perlu takut untuk mencoba, karena master seo pun masih mencoba-coba dalam menentukan keyword apa yang cocok, namun tidak asal coba. Semua itu harus ditentukan dengan tools yang khusus dipakai untuk menentukan keyword. Pakai saja yang gratis, yakni tools yang dipakai untuk google adword, karena tools itu bisa memberikan hasil yang optimal. Tips untuk memilih keyword yakni jangan menggunakan keyword yang lagi populer dan banyak diperebutkan, sebaiknya hindari itu dari pada anda akan cepat putus aza.
  3. Backlink & Blog walking
    Ini yang penting. Saya gak perlu menjelaskan ini lebih rinci karena pasti anda sudah tahu tentang ini. Intinya bagaimana web anda bisa dilink oleh web lain yang topiknya sejenis kalau bisa, tapi kalau enggak juga gak apa-apa. Dari pengalaman yang saya liat selama ini link yang tidak setopik memang kurang greget, tapi cukuplah untuk nambah-nambah poin untuk ningkatin pagerank. Demikian juga dengan blog walking, yakni dengan memberikan komentar yang tentunya baik dan relefan dengan topik di sejumlah blog dengan harapan mendapatkan tautan balik ke web kita.