Kamis, 15 Desember 2011

Ragam Budaya : Songket Palembang, Si Ratu Kain

Inilah kain tenun khas Palembang yang kondang disebut kain Songket. Kilauan emas menjadi ciri khas kain tenun ini. Rangkaian benang yang tersusun dan teranyam lewat pola simetris membuat motif kain ini halus dan rumit.

Palembang, ibukota Provinsi Sumatera Selatan, memiliki sejarah yang panjang. Kerajaan Sriwijaya pada masa kejayaannya sekitar tahun 683 Masehi menjadi cikal bakal kota yang terletak di tepian sungai Musi tersebut. Banyak peninggalan tak ternilai berasal dari kerajaan terkenal itu, salah satunya adalah budaya wastra (kain) yang indah.

Kain tradisional Sumsel adalah berupa sutra anggun dan wastra yang dihiasi benang emas yang disebut kain songket. Kain songket yang dihias dengan teknik tenun lungsi tambahan, adalah salah satu bukti kekayaan budaya setempat dan tetap eksis hingga kini.

Songket tradisional ini dibuat dengan ketrampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk membuat kain bermutu, serta yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain. Kemampuan ini biasanya diwariskan secara turun-temurun.

Kain songket merupakan mahkota seni penenunan yang bernilai tinggi. Teknik pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Benang lungsi sutera dimasukkan melalui sisir tenun dan heddle utama pada rangkaian kain dan diisi oleh benang sutra dan benang emas tambahan jika diperlukan guna membentuk pola simetris yang menjadi karakteristik brokat ini. Pola itu sangat halus dan rumit, biasanya diperoleh melalui pengait tambahan.

Menurut pemilik butik Zainal Songket, Drs Zainal Abidin, banyak keistimewaan dari kain songket Palembang. Pertama, kain ini dibuat dengan alat tenun tradisional (kedokan) yang masih sangat sederhana. Kedua, proses pembuatannya amat cermat hingga membutuhkan waktu lama bisa mencapai 3-6 bulan. Ketiga, songket tersebut dibuat dengan tidak selalu sama desainnya karena masing-masing pengrajin punya kekhasan masing-masing.

Zainal menganggap songket ini sebagai "ratunya" kain. Kenapa? "Karena songket tersebut tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Perawatannya harus benar-benar diperhatikan," tukas Zainal. Setelah dipakai pun, lanjutnya, kain songket mesti diangin-anginkan terlebih dulu. Kemudian digulung dan setiap tiga bulan sekali harus dibuka (dijabarkan) untuk menghilangkan bau atau ngengat yang mungkin ada di dalam lipatannya. Rupanya, memperkenalkan kain songket tersebut kepada masyarakat tidaklah mudah. Zainal sendiri yang sudah 25 tahun berkecimpung dalam bidang tenun ini, masih banyak kendala dihadapi khususnya untuk meningkatkan kecintaan terhadap kain tradisional.

"Jangan hanya sekedar berorientasi bisnis, tapi juga hendaknya lebih ke upaya menampilkan citra kain songket Palembang di dalam dan luar negeri

0 komentar: